Penggunaan otak manusia telah menjadi topik yang menarik untuk dibahas selama bertahun-tahun. Namun, di antara banyak mitos yang beredar tentang otak manusia, klaim yang paling populer adalah bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka. Klaim ini telah tersebar di seluruh dunia selama beberapa dekade, bahkan muncul di film-film Hollywood. Namun, apakah benar bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka?
Asal Usul Klaim Otak Manusia Hanya Digunakan 10 Persen
Menurut survei, sekitar 65 persen masyarakat Indonesia percaya bahwa kita hanya menggunakan 10 persen dari otak kita. Ternyata, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini. Asal mula klaim ini tidak dapat ditelusuri dengan pasti. Namun para ilmuwan meyakini bahwa klaim ini bermula dari pernyataan yang dibuat oleh psikolog dan penulis William James pada tahun 1907. Ia berpendapat bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari sumber daya otak mereka, meskipun ia tidak menyebutkan angka persentase tertentu.
Angka 10 persen itu sendiri juga diduga berasal dari buku Dale Carnegie yang terbit pada tahun 1936, “How to Win Friends and Influence People”, di mana ia mengutip seorang profesor yang mengatakan bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka. Kemudian, mitos ini semakin populer melalui artikel, acara TV, dan film yang menjadikan klaim ini semakin diyakini oleh banyak orang.
Apakah Mitos Ini Benar?
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa klaim bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka sebenarnya tidak benar. Dalam sebuah wawancara dengan ahli saraf Barry Gordon di Scientific American, ia menjelaskan bahwa sebagian besar otak hampir selalu aktif.
Mitos 10 persen ini juga dibantah dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience. Salah satu teknik pencitraan otak yang umum, yaitu pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), dapat mengukur aktivitas otak seseorang saat melakukan berbagai tugas. Dengan menggunakan metode ini dan metode serupa, para peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar otak kita digunakan sepanjang waktu, bahkan ketika seseorang melakukan tindakan yang sangat sederhana. Bahkan, sebagian besar otak juga aktif ketika seseorang sedang beristirahat atau tidur.
Persentase otak yang digunakan pada waktu tertentu bervariasi antara setiap individu. Hal ini juga tergantung pada apa yang sedang dilakukan atau dipikirkan seseorang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa mitos 10 persen ini tidak benar, dan sebenarnya, kita menggunakan sebagian besar otak kita sepanjang waktu.
Mengapa Mitos Ini Masih Dipercayai?
Meskipun bukti ilmiah menunjukkan bahwa mitos 10 persen ini tidak benar, banyak orang masih mempercayainya. Salah satu alasan mungkin adalah karena mitos ini sering kali diulang dalam berbagai media, seperti artikel, acara TV, dan film, sehingga banyak orang yang terpengaruh dan mempercayai klaim ini. Selain itu, anggapan bahwa manusia memiliki potensi yang belum tergali dalam diri mereka sering kali menjadi konsep yang menarik dan memberi harapan.
Mitos ini mungkin juga dipertahankan karena ketidakmengertian umum tentang bagaimana otak bekerja dan kompleksitas struktur dan fungsi otak. Bagi banyak orang, lebih mudah untuk mempercayai klaim sederhana seperti mitos 10 persen ini daripada mencoba memahami penjelasan ilmiah yang lebih kompleks tentang bagaimana otak bekerja.
Meningkatkan Fungsi Otak
Meskipun mitos 10 persen ini terbukti tidak benar, kita masih bisa melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan dan fungsi otak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendukung kesehatan otak, antara lain:
- Makan diet seimbang
Makan dengan baik meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Hal ini juga mengurangi risiko mengalami masalah kesehatan yang dapat menyebabkan demensia, seperti penyakit kardiovaskular, obesitas paruh baya dan diabetes tipe 2.
Berbagai makanan dapat mendukung kesehatan otak, termasuk buah dan sayuran berkulit gelap. Beberapa di antaranya kaya akan vitamin E, seperti bayam, brokoli, dan blueberry, sementara yang lainnya kaya akan beta karoten, termasuk paprika merah dan ubi jalar. Vitamin E dan beta karoten berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Selain itu, ikan berlemak seperti salmon, makarel, dan tuna juga bermanfaat untuk otak karena kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi yang dapat mendukung fungsi kognitif. Tak ketinggalan, kenari dan pecan juga baik untuk kesehatan otak karena kandungan antioksidan yang tinggi.
- Berolahraga secara teratur
Olahraga teratur juga mengurangi risiko masalah kesehatan yang dapat menyebabkan demensia. Aktivitas kardiovaskular, seperti berjalan cepat selama 30 menit sehari, dapat cukup untuk mengurangi risiko penurunan fungsi otak. Opsi lain yang mudah diakses dan murah contohnya bersepeda, jogging dan berenang.
- Menjaga otak tetap aktif
Semakin banyak seseorang menggunakan otak mereka, semakin baik fungsi mental mereka. Oleh karena itu, latihan pelatihan otak adalah cara yang baik untuk menjaga kesehatan otak secara keseluruhan. Sebuah penelitian baru-baru ini yang dilakukan selama 10 tahun menemukan bahwa orang yang melakukan latihan pelatihan otak mengurangi risiko demensia sebesar 29 persen. Latihan yang paling efektif berfokus pada peningkatan kecepatan otak dan kemampuan untuk memproses informasi kompleks dengan cepat.
Mitos Otak Lainnya
Selain mitos 10 persen, ada beberapa mitos populer lainnya tentang otak yang perlu diklarifikasi, seperti:
1. Otak Kiri vs. Otak Kanan
Banyak orang percaya bahwa seseorang didominasi oleh otak kiri atau otak kanan, dengan orang berotak kanan lebih kreatif dan orang berotak kiri lebih logis. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ini adalah mitos – orang tidak didominasi oleh satu belahan otak atau yang lain. Orang yang sehat terus-menerus menggunakan kedua belahan otak.
Memang, belahan otak memiliki tugas yang berbeda. Misalnya, sebuah penelitian dalam PLOS Biology membahas sejauh mana belahan otak kiri terlibat dalam pengolahan bahasa, dan belahan otak kanan dalam mengolah emosi.
2. Alkohol dan Otak
Alkoholisme jangka panjang dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kerusakan otak. Namun, mengatakan bahwa minum alkohol membunuh sel-sel otak adalah mitos. Alasan di balik ini cukup rumit.
Jika seorang wanita minum terlalu banyak alkohol saat hamil, hal itu dapat mempengaruhi perkembangan otak janin dan bahkan menyebabkan sindrom alkohol janin. Otak bayi dengan kondisi ini mungkin lebih kecil dan seringkali mengandung lebih sedikit sel otak. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar dan perilaku.
3. Pesan subliminal
Penelitian menunjukkan bahwa pesan subliminal dapat memicu respon emosional pada orang yang tidak menyadari bahwa mereka telah menerima stimulus emosional. Namun, apakah pesan subliminal dapat membantu seseorang mempelajari hal-hal baru?
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Nature Communications menemukan bahwa mendengarkan rekaman kosakata saat tidur dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengingat kata-kata tersebut. Hal ini hanya berlaku bagi orang yang telah belajar kosakata tersebut sebelumnya.
Para peneliti mencatat bahwa mendengarkan informasi saat tidur tidak dapat membantu seseorang mempelajari hal-hal baru. Hal ini hanya dapat meningkatkan pengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya saat terjaga.
4. Kerutan otak
Otak manusia dilapisi lipatan, yang biasa dikenal sebagai kerutan. Lekukan di setiap lipatan disebut sulcus, dan bagian yang menonjol disebut gyrus. Beberapa orang percaya bahwa setiap kali seseorang belajar sesuatu, lipatan baru terbentuk. Namun, hal ini tidak benar.
Pembentukan lipatan otak dimulai sebelum seseorang lahir dan proses ini terus berlangsung sepanjang masa kanak-kanak. Otak terus-menerus membentuk koneksi baru dan memutuskan yang lama, bahkan pada usia dewasa.
Fakta Menarik Seputar Otak: Dari Penggunaan Energi Hingga Peran Penting Kolesterol bagi Kesehatan Otak
Setelah membahas beberapa mitos yang umum, ada beberapa fakta menarik tentang otak yang perlu diketahui.
Pertama, meskipun otak hanya mewakili sekitar 2 persen dari berat badan seseorang, ia menggunakan 20 persen oksigen dan kalori yang dikonsumsi.
Kedua, sejak pertama kali dibuktikan pada tahun 1945, para ilmuwan memperkirakan bahwa otak terdiri dari sekitar 73 persen air. Mempertahankan hidrasi otak sangat penting, karena dehidrasi sebesar 2 persen saja dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk melakukan tugas yang melibatkan perhatian, memori, dan keterampilan motorik.
Ketiga, kolesterol sering dianggap sebagai lemak yang buruk bagi kesehatan seseorang, terutama karena dampak negatifnya terhadap jantung. Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa kolesterol memainkan peran penting dalam kesehatan otak. Tanpa kolesterol, sel-sel dalam otak tidak akan bertahan, dan sekitar 25 persen kolesterol tubuh terkandung dalam sel-sel otak.
Pentingnya Memahami Kompleksitas Organ yang Terus Berkembang ini
Karena kompleksitas organ ini, para ilmuwan masih terus belajar tentang otak. Anggapan bahwa seseorang hanya menggunakan 10 persen dari otak mereka adalah mitos belaka. Pemindaian fMRI menunjukkan bahwa bahkan aktivitas sederhana memerlukan hampir seluruh bagian otak untuk aktif.
Kita perlu menyadari bahwa otak adalah organ yang sangat kompleks dan terus-menerus berkembang sepanjang hidup kita. Semoga dengan memahami fakta dan mitos seputar otak, kita dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang cara merawat dan mengoptimalkan fungsi otak kita.
1 Komentar
Otak gue ngelag