Pada tanggal 11 Maret 2023, Silicon Valley Bank (SVB) menyatakan kebangkrutan. Kebangkrutan bank di pusatnya raksasa teknologi ini menjadi kegagalan terbesar bank di Amerika Serikat sejak krisis global pada tahun 2008, sehingga memunculkan pertanyaan mengenai kemampuan bank tersebut untuk menopang laju pertumbuhan industri teknologi yang begitu pesat. Bagaimana kebangkrutan SVB mempengaruhi ekonomi global dan khususnya di Indonesia?
Konteks Ekonomi Global
Kegagalan Silicon Valley Bank memiliki dampak besar pada pasar Wall Street dan pemerintah AS karena mengungkap kerentanan dalam sistem keuangan global. SVB merupakan bank dengan spesialisasi di bidang perusahaan rintisan atau startup teknologi, dengan portofolio yang mencakup tiga segmen yaitu perusahaan startup, modal ventura, dan perusahaan ekuitas yang mendukung startup.
Salah satu penyebab kebangkrutan SVB adalah karena bank tersebut mengambil terlalu banyak simpanan korporasi dan terjerat oleh pemberian suku bunga tinggi. Sebagaimana bank pesaingnya, Silicon Valley Bank menyimpan sebagian kecil dari tabungannya dalam bentuk tunai dan menggunakan sisanya untuk membeli utang jangka panjang seperti obligasi Treasuri.
Suku bunga Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), menjadi penyebab utama kebangkrutan SVB. Kenaikan suku bunga acuan The Fed melemahkan momentum saham teknologi yang selama ini menjadi keuntungan Silicon Valley Bank, dan suku bunga tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang yang dimiliki oleh bank tersebut.
Kenaikan suku bunga The Fed menyebabkan kebingungan bagi Silicon Valley Bank. Investasi yang dulunya dianggap aman kini kurang menarik karena obligasi pemerintah lebih diminati dan dianggap lebih menarik. Akibatnya, pendanaan awal SVB mulai menyusut dan klien mulai menarik uang mereka. Situasi ini menimbulkan masalah besar bagi Silicon Valley Bank dan menjadi salah satu penyebab utama kebangkrutannya.
Kebangkrutan Silicon Valley Bank menunjukkan bahwa sektor keuangan global masih rentan terhadap goncangan ekonomi. Peningkatan suku bunga Fed yang terus berlanjut dapat mempengaruhi pasar keuangan secara global.
Dampak Kebangkrutan SVB terhadap Harga Minyak Dunia
Kebangkrutan Silicon Valley Bank juga berdampak pada harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah Brent dan West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan sekitar 10,21% dan 11% dari posisi harga di awal pekan sebelumnya, yang berada di level US$ 82,78 per barel untuk Brent dan US$ 76.68 per barel untuk WTI.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, harga minyak mentah masih akan terus mengalami penurunan dalam jangka pendek sebagai dampak dari kebangkrutan SVB. Namun, penurunan ini tidak akan signifikan karena akan diimbangi oleh permintaan dari China yang terus meningkat. Oleh karena itu, anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan menaikkan kuota produksi untuk mengimbangi permintaan pasar.
Namun, menurut Ibrahim, secara teknikal, harga minyak mentah kemungkinan akan mengalami koreksi menuju level US$ 58 per barel dalam dua minggu ke depan dari harga saat ini di sekitar US$ 68 per barel. Namun, harga minyak mentah diperkirakan akan kembali terangkat apabila ada intervensi dari pemerintah setempat yakni AS atau Swiss yang dapat menenangkan pasar.
Dampak Kebangkrutan SVB terhadap Ekonomi Indonesia
Walau kebangkrutan Silicon Valley Bank tidak langsung memengaruhi Indonesia secara signifikan, namun bisa terdapat dampak yang terasa pada beberapa sektor ekonomi. Meski demikian, di tengah adanya pengetatan likuiditas global, likuiditas di dalam negeri masih tergolong memadai. Fundamental makroekonomi domestik terlihat solid dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, inflasi yang rendah, dan sektor perbankan Indonesia yang masih dapat menopang pertumbuhan kredit.
Namun, sektor perbankan Indonesia perlu waspada terhadap potensi efek domino dari kebangkrutan SVB. Bank-bank Indonesia yang menempatkan dana di SVB kemungkinan akan mengalami kerugian. Selain itu, investor yang menempatkan dana di startup teknologi yang didukung oleh Silicon Valley Bank juga terkena dampak. Pasalnya, kegagalan bank tersebut berpotensi mengganggu arus pendanaan dan pengembangan bisnis para startup tersebut.
Namun, apakah kebangkrutan Silicon Valley Bank berdampak langsung pada perekonomian Indonesia? Mari kita lihat lebih dalam.
Tidak ada Exposer SVB di Indonesia
Menurut beberapa ahli ekonomi, kebangkrutan Silicon Valley Bank tidak akan berdampak langsung pada perekonomian Indonesia. Pasalnya, bank ini tidak memiliki exposer ke nasabah atau perbankan Indonesia.
Exposer adalah istilah dalam dunia keuangan yang mengacu pada jumlah uang yang dipinjam oleh seseorang atau perusahaan dari lembaga keuangan tertentu. Dalam konteks kebangkrutan Silicon Valley Bank, exposer mengacu pada jumlah uang yang dipinjam oleh nasabah Indonesia dari bank tersebut.
Sehingga, meskipun Silicon Valley Bank bangkrut, hal tersebut tidak akan langsung mempengaruhi perekonomian Indonesia secara signifikan. Namun, perlu diingat bahwa kondisi keuangan global yang buruk dapat berdampak pada Indonesia, terutama jika terjadi krisis keuangan yang lebih luas di dunia.
Likuiditas dan Fundamental Makro Ekonomi Indonesia
Meskipun kebangkrutan Silicon Valley Bank tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia, tetapi bagaimana dengan likuiditas dan fundamental makro ekonomi Indonesia? Apakah hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia?
Menurut Bank Indonesia (BI), likuiditas di Tanah Air masih memadai di tengah adanya pengetatan likuiditas global. Artinya, kondisi likuiditas di Indonesia masih relatif baik dan tidak terdampak secara langsung oleh kebangkrutan Silicon Valley Bank.
Tidak hanya itu, fundamental makro ekonomi domestik Indonesia juga terus menunjukkan kekuatan yang solid. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan inflasi yang rendah, perbankan Indonesia tetap bisa dipercaya untuk menopang pertumbuhan kredit. Bahkan, kinerja makro ekonomi menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia masih sangat memadai.
Data terbaru yang dirilis pada Februari 2023 menunjukkan bahwa Bank Indonesia telah mencatatkan cadangan devisa Indonesia sebesar 140,3 miliar dolar AS. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki cadangan devisa yang cukup untuk melindungi diri dari dampak buruk kondisi keuangan global yang tidak stabil.
Tingkatkan Koordinasi Sektor Keuangan
Meskipun kebangkrutan Silicon Valley Bank tidak langsung berdampak pada perekonomian Indonesia, hal ini tidak berarti kita tidak perlu waspada. Kondisi keuangan global yang tidak stabil masih dapat berdampak pada Indonesia jika terjadi krisis keuangan yang lebih luas di dunia.
Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan koordinasi sektor keuangan untuk menghadapi kemungkinan situasi buruk di masa depan. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa kita dapat mengantisipasi dan merespons situasi apapun yang terjadi dengan cepat dan efektif.
Selain itu, kita juga perlu memperkuat fundamental makro ekonomi domestik Indonesia dengan mengambil langkah-langkah yang tepat dan strategis. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan ekonomi Indonesia dari dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh kondisi di luar negeri.
Pertama, Bank Indonesia dapat meningkatkan koordinasi dengan otoritas keuangan dan bank-bank di Indonesia untuk memperkuat sistem keuangan Indonesia. BI dapat mengambil langkah-langkah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar keuangan Indonesia, termasuk dengan meningkatkan cadangan devisa.
Kedua, pemerintah Indonesia dapat mempercepat program pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan infrastruktur yang memadai, Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di pasar global dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ketiga, pemerintah Indonesia juga dapat melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif bagi investor, seperti pemotongan pajak atau kemudahan dalam proses perizinan.
Keempat, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain untuk memperkuat ekonomi global. Indonesia dapat berpartisipasi dalam forum-forum internasional dan memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara mitra dagang untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.
Kesimpulannya, kebangkrutan Silicon Valley Bank dapat berdampak pada ekonomi global, termasuk Indonesia. Meskipun dampaknya tidak langsung, namun kita perlu waspada dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kestabilan ekonomi Indonesia dari dampak buruk yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan memperkuat sistem keuangan Indonesia dan melakukan reformasi struktural yang tepat, Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang di tengah tantangan global yang semakin kompleks.