MJ (29), seorang pria, menjadi korban pertama dalam aksi tawuran antarwarga saat Ramadan di Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat pada dini hari Kamis (23/3/2023). Kejadian ini terjadi pada saat jelang sahur pertama bulan Ramadan.
Pada pekan pertama Ramadan, Polisi Daerah Metro Jaya (Polda Metro) mencatat telah terjadi 8 aksi tawuran di Jakarta dan Tangerang. Beberapa kasus tawuran tercatat seperti di wilayah Benda, Kota Tangerang pada malam pertama Ramadan, dan di wilayah Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat pada hari pertama Ramadan.
Pada hari yang sama, tawuran terjadi di Ciledug, Kota Tangerang, dan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sementara itu, di hari kedua Ramadan, aksi tawuran terjadi di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan, Cipondoh, Kota Tangerang, dan Makasar, Jakarta Timur.
Pihak kepolisian pun telah berhasil mengamankan sejumlah pelaku tawuran. Menurut Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko selaku Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, pihaknya telah mempersiapkan strategi pencegahan untuk menanggulangi permasalahan ini.
Langkah Preemtif, Preventif dan Tindakan Tegas Bagi Pelanggar
Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan bahwa Polda Metro Jaya telah melakukan dua langkah dalam upaya pencegahan, yaitu langkah preemtif dan preventif. Pihak kepolisian telah melakukan beberapa tindakan preemtif, seperti mengadakan program Polisi RW, Bhabinkamtibmas, Jumat Curhat, dan program Subuh Keliling untuk mencegah terjadinya aksi tawuran.
Di sisi lain, untuk upaya preventif, patroli perintis presisi, Kampung Tangguh, dan razia terus ditingkatkan. Selain itu, Polda Metro Jaya juga terus menyampaikan maklumat Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran tentang larangan kegiatan selama bulan Ramadan.
Pihak kepolisian akan menindak tegas masyarakat yang melanggar larangan sesuai maklumat yang ada. Trunoyudo Wisnu Andiko bekerja sama dengan masyarakat dan pihak terkait lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. Trunoyudo Wisnu Andiko mengungkapkan bahwa sanksi pidana merupakan tindakan terakhir dalam penegakan hukum.
Dua Ribu Personel Polisi Ditugaskan untuk Patroli
Sebanyak 2.000 personel telah dikerahkan untuk melakukan patroli selama bulan Ramadan. Mereka akan menelusuri seluruh wilayah hukum Polda Metro Jaya guna mencegah terjadinya aksi tawuran. Trunoyudo Wisnu Andiko menyatakan bahwa tujuan dari langkah tersebut adalah untuk menjadikan Jakarta sebagai lingkungan yang nyaman dan aman dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan.
Sementara itu, Kapolres Metro Depok, Kombes Ahmad Fuady, mengimbau warga untuk mengawasi anak-anak mereka dan tidak keluar rumah terutama setelah jam 10 malam. Fuady juga mengingatkan untuk tidak melakukan sahur on the road karena berpotensi menimbulkan kerawanan kamtibmas. Dia menyarankan remaja untuk melaksanakan kegiatan keagamaan di masjid atau mushola.
Tujuan dari pencegahan ini adalah untuk mempersempit ruang gerak pelaku tawuran dan pelaku tindak pidana. Polisi akan memeriksa jaringan pelaku tawuran, mengambil dokumentasi, dan mendata para pelaku tawuran untuk melakukan profilling. Dengan langkah-langkah seperti ini, Polisi RW bisa memberikan pembinaan secara langsung dengan data-data yang diberikan.
Pentingnya Peran Keluarga dalam Mencegah Aksi Tawuran Remaja
Terkait aksi tawuran remaja, Ervi Zidni Ma’ani, Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU), menekankan pentingnya peran keluarga dalam mencegah tawuran. Ervi menyatakan bahwa keluarga merupakan sistem terdekat bagi remaja. Menurutnya, pendidikan yang diberikan oleh keluarga menjadi fondasi awal bagi perkembangan remaja. Oleh karena itu, ia mengajak orang tua untuk memerhatikan anak-anaknya yang beranjak remaja, sebab pada fase ini anak-anak memerlukan perhatian lebih.
Ervi juga mengemukakan bahwa remaja adalah usia labil dan sedang dalam proses mencari identitas diri. Sebagian besar remaja yang terjebak dalam tawuran tidak mempertimbangkan secara matang tindakan yang diambil, dipengaruhi oleh faktor internal seperti rasa ingin mencari jati diri serta faktor eksternal seperti konformitas dengan teman sebaya dan pengaruh orang tua yang kurang harmonis.
“Mereka melakukan banyak hal supaya dianggap jagoan, remaja memang masa di mana konformitas dengan teman sebaya kuat,” ungkapnya. Nurmey Nurulchaq, Psikolog Keluarga, menambahkan bahwa terbentuknya sebuah geng dalam berteman menjadi pemicu terjadinya tawuran. Doktrin-doktrin seperti “kamu harus menjadi lawan dia” juga menjadi faktor pemicu tawuran.
Dalam situasi ini, peran keluarga menjadi sangat penting untuk mencegah remaja terjerumus dalam tawuran. Keluarga perlu memberikan pendidikan yang baik dan pengawasan yang tepat kepada anak-anaknya. Dengan demikian, diharapkan aksi tawuran remaja dapat diminimalisir dan tidak merugikan banyak pihak.
1 Komentar
Hitung-hitung buat kurangin populasi orang idiot, lanjut!